Thursday, March 31, 2011

Blackberry Menangis

Di zaman yang sudah modern, kucing pun bersekolah. Mereka tinggal bersama di asrama setelah selesai sekolah. Pada suatu hari, seorang murid kucing yang nakal bernama Babah mengajak teman-temannya membolos pelajaran Matematika. Babah memamerkan handpone (HP) blackberry-nya yang baru saja dibelikan papihnya. Kucing-kucing lain menyukai HP baru Babah karena tombol-tombolnya yang berbeda dengan HP biasa. Banyak kucing yang mengikuti ajakan Babah untuk membolos, beberapa di antaranya Huhu, Fafa, dan U ul. Mereka mengikuti ajakan Babah ke kantin asrama. Mereka bergantian memainkan aplikasi yang ada di HP Babah.
Di dalam kelas, Bu En en heran karena murid yang datang hanya sedikit. Ia bertanya kepada Mochoi, sang ketua kelas tentang keberadaan teman-temannya.
“Ke mana teman-temanmu yang lain Mochoi? Mengapa hari ini hanya sedikit yang hadir?”
“Meong, maaf Ibu, teman-teman sedang bersama Babah di kantin asrama.” Mochoi menjelaskan kepada Bu En en, guru Matematika mereka.
“Maksudmu mereka membolos?” meskipun cahaya terang, pupil mata Bu En en membesar. Dia pasti sangat terkejut.
“Iya, Bu…maafkan Mochoi ya Bu, sebagai ketua kelas Mochoi tidak bisa mencegah teman-teman untuk tidak membolos.”
“Yasudah, kalau begitu kamu tolong antarkan Ibu ke kantin sekarang.”
Di kantin, Babah sedang duduk dengan setengah mata tertutup. Ia memutar sedikit telinganya ke samping. Ini artinya Babah sedang tidak ingin diganggu. Bu En en dan Mochoi tidak bisa melihat Babah karena tertutupi oleh teman-teman lain yang mengelilinginya. Mochoi sudah memanggil-manggil nama Babah, tetapi dia pura-pura tidak mendengar. Huhu, Fafa, dan U ul pun demikian, mereka tidak memerdulikan Mochoi dan Bu En en yang sejak tadi memperhatikan mereka.
Huhu, Fafa, dan U ul sebenarnya kucing yang baik, tetapi mereka terpengaruh dengan ajakan buruk Babah. Ketika Bu En en memanggil mereka, mereka malah mengarahkan telinganya ke depan. Mereka juga membuka mata lebar-lebar. Bu En en sedih, melihat muridnya lebih senang bermain bersama Babah yang nakal daripada mengikuti pelajarannya.
Dari ekspresi Bu En en yang juga mengarahkan telinganya ke depan, lalu memutar ke belakang, disusul dengan mengecilkan pupil mata, Mochoi tahu Bu En en sedang marah. Mochoi mengikuti dari Bu En en dari belakang. Bu En en siap memarahi Babah. Ketika sampai di meja kantin, Bu En en ingin melihat mainan apa yang sedang diperebutkan. Begitu Bu En en mengetahui benda itu adalah HP blackberry, wajah Bu En en berubah sedih. Ia lalu mengeong panjang.
Bu En en menangis tersedu-sedu di hadapan anak-anak. Anak-anak bingung sambil terus mengeong.
“Ada apa dengan Bu En en?” Tanya Babah merasa bersalah.
Bu En en tak mau menjawab, ia lari ke luar kantin. Sebagai ketua kelas Mochoi merasa perlu tahu apa yang sedang dialami Bu En en. Mochoi mengejar Bu En en, tetapi Bu En en berlari jauh lebih cepat darinya.
Mochoi kemudian mengumpulkan teman-temannya untuk membahas masalah ini. Bu En en adalah guru yang tegas. Ia tidak pernah menangis. Biasanya dia akan memarahi Babah jika Babah berbuat nakal. Semua kucing penasaran tentang sebab mengapa Bu En en menangis.
Keesokan harinya, barulah Mochoi tahu dari Kepala Asrama Kucing ternyata Bu En en baru saja kehilangan adiknya. Adik Bu En en meninggal ketika membelikan kado untuk ulang tahun Bu En en. Kado yang akan diberikan adiknya itu adalah sebuah blackberry, seperti kepunyaan Babah. Itulah sebabnya mengapa Bu En en sangat terpukul. Bu En en teringat akan adik yang sangat ia sayangi.
Sejak saat itu Babah menyesal dan berjanji tidak akan nakal lagi. Begitu pula Huhu, Fafa, dan U ul, mereka pun berjanji tidak akan mengikuti tindakan Babah yang tidak terpuji.

2 comments:

Anonymous said...

Eh sama ... tokohnya kucing, salam dari Mimi dan adik-adik buat Mochoi dkk :D

s.id/emtee on April 3, 2011 at 2:08 PM said...

nice... terima kasih atas partisipasinya

Post a Comment

 

Suchz Aha'! Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting